Kembali mengingat lusinan perjalanan yangtelah dilalui memangmerupakan satu tantangan. Menuliskannya sehingga menjadi satu rangkainan cerita yang semoga berguna bagi orang lain.....
Kembali mengingat lusinan perjalanan yangtelah dilalui memangmerupakan satu tantangan. Menuliskannya sehingga menjadi satu rangkainan cerita yang semoga berguna bagi orang lain.....
Ya Allah....lucu, menggemaskan namun juga "nganyelke"
lha wong presiden aja mau jadi imam shalat kok....
Astagfirullah…kumulai tulisan ini dengan memohon ampun pada-Mu ya Rahman…
Inilah batas kesabaran yang hari demi hari coba kusimpan, akhirnya harus dan kucoba ungkapkan melalui tulisan ini. Tentang kegelisahan, tentang ketida nyamanan, tentang komitmen, tentang pemahaman, tentang ’aqad, tentang kebersamaan, tentang sensitivitas dan tentang amanah untuk mencintai masjid.
Amanah menjadi takmir masjid adalah amanah yang mulia. Demikian selalu kuingat kata-kata lembut itu terlontar dari alat ucap murabbiku saat aku utarakan hasrat dan ajakan mas Ahmadi agar aku mau menjadi takmir masjid Nurul Huda. Terus terang baru pertama kalinya bagiku, menjadi satu pengalaman yang baru ketika ku dihadapkan pada satu pilihan dan tawaran yang baru. Takir mengandung arti yang menyemarakkan, yang memakmurkan dan yang meramaikan. Jadi kalau diikuti dengan kata masjid dibelakanganya, mengandung arti yang baik, yakni mereka orang-orang yang selalu berusaha sekuat tenaga karena didasari oleh kepahaman untuk memakmurkan masjid dengan segala amalan kebaikan, menjaga kebersihan, kerapian, segala sarana prasarana serta fasilitas yang ada di masjid. Semua adalah tanggung jawab takmir. Hal ini berkaitan dengan tujuan yang mulia, yakni agar jamaah yang menggunakan fasilitas masjid baik untuk ibadah shalat ataupun untuk kegiatan-kegiatan keagamaan lain dapat merasa betah untuk berlama-lama di dalam masjid.
Namun hari ini, pemahamanku diawal yang kudapat dari interaksiku dengan para assabiqunal awwalun dalam permasalahan kemasjidan di UNS ini khususnya mulai pudar. Hari ini tak kulihat lagi semangat menjadi seorang pelayan bagi jama’ah, hari ini tak dapat kulihat lagi sensitivitas diri untuk memiliki rasa pemilikan yang besar akan masjid ini.
Yang kulihat hari ini, adalah segerombolan orang-orang yang bertempat tinggal di masjid. makan. minum dan bermukim disana
Yang kulihat hari ini adalah orang-orang yang ”lupa” hakikat dirinya dan amanah yang diembannya sebagai seorang takmir masjid.
Yang kulihat hari ini adalah segerombolan manusia, yang kurang atau malah sudah mati tumpul sensitivitasnya melihat kebutuhan masjid.
Yang kulihat hari ini hanyalah orang yang saling mengandalkan orang lain, tanpa pernahmau untuk terjun dan lebih mengetahui.
Yang kulihat hari ini hanyalah sekolompok manusia yang dengan sangat ”buas” menggunakan fasilitas yang diberikan oleh masjid.
Yang kulihat hari ini, adalah orang-orang yang rendah komitmen dirinya pada amanah yang dia pegang.
AKANKAH AKU JUGA TERMASUK ORANG-ORANG INI?