Thursday, June 19, 2008

Sebuah Ungkapan Cinta: Untukmu Bu Dyah Erna....

“Saya itu senang melihat kalian berkembang untuk menjadi orang yang kritis dan memiliki daya analisis...”
(Prof. Dra. Dyah Bekti Ernawati, Ph.D, di ruang 101 Gedung 1 FSSR ketika beliau duduk memegang kipas dan sedang mengajar Kajian Kepariwisataan)
Hari itu 21 Maret 2008, petunjuk waktu di SMS yang dikirim oleh Tutut Wulandari menunjukkan pukul 18.36 WIB, sebuah pesan singkat berbunyi “Kabar Duka: Telah Meninggal Dunia, Prof. Dra. Dyah Bekti Ernawati, Ph.D, jenazah akan dimakamkan besok pukul 10 dari rumah duka jl. Panularan 11”. Pesan singkat yang mengagetkan penulis. Rasa sedih berkecamuk mendengar salah seorang Dosen, Motivator, Inspirator dan Guru Spiritual bagi penulis yang sangat berkesan selama penulis menghabiskan waktu dengan berbagai handout kuliah dan kegiatan-kegiatan keorganisasian di kampus ini.
Bu Erna Bekti, Bu Dyah Erna atau Bu Becks, itulah sapaan akrab teman-teman mahasiswa pada beliau. Pengalaman mengajar beliau yang hendak melampui angka dua puluhan tahun, menjadikan sosok beliau sebagai dosen senior yang memiliki wibawa yang tinggi. Meskipun begitu, di depan Kami para mahasiswanya, tidak pernah sedikit pun beliau menampakkan sikap yang kurang baik. Lebih dari itu, Kami banyak belajar dari beliau tentang banyak hal, tidak hanya berkaitan dengan materi kuliah di kelas namun juga tentang pelajaran-pelajaran kehidupan yang beliau alami.
Beliau telah meninggalkan Kami, para mahasiswanya yang sangat merindukan suara lantangnya di depan ruang kuliah, meninggalkan berbagai kesan yang mendalam yang akan Kami kenang, mungkin sampai Kami kembali lagi ke masyarakat. Penulis masih ingat salah satu perkataan beliau ketika pada semester 4 mengajar Kajian Kepariwisataan “Kita selalu berharap yang terbaik untuk masa depan kita, namun kita kadang sulit untuk menerima setiap keputusan yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan meskipun kalau kita cermati lagi, itulah yang terbaik untuk kita ” ataupun ketika suatu saat ada salah seorang teman Kami yang datang terlambat masuk ke kelas yang beliau ajar, dengan lembutnya beliau mempersilahkan sang mahasiswa untuk “libur” mengikuti kuliah pada minggu itu.
Itulah sosok Bu Dyah Erna yang penulis kenal, penuh inspirasi dan motivasi serta disiplin yang tinggi, yang mungkin bagi mahasiswanya yang “mbeling” merasa tidak senang diajar beliau. Namun penulis tahu dan sadar betul bahwa apa yang beliau ajarkan baik secara verbal beliau ungkapkan ataupun tingkah laku yang sering beliau perlihatkan, kesemuanya mengandung hikmah dan pembelajaran yang baik bagi kami, para mahasiswanya.
Banyak pengalaman dan wawasan baru yang penulis dapatkan ketika berinteraksi dengan beliau, cara bicara beliau yang blak-blakan, ceplas-ceplos, kritis serta analitis-lah yang membuat beliau disegani, meskipun penulis pun sadari bahwa dibalik itu semua menunjukkan sosok beliau yang memiliki prinsip dan komiten pada prinsip yang beliau pegang. Sebuah cara berpikir jauh ke depan dan visioner yang beliau sampaikan kepada setiap orang yang pernah berinteraksi dengan beliau, disela-sela keterbatasan yang beliau miliki.
Disiplin yang tinggi
Disiplin adalah satu sikap keseharian yang sudah biasa terlihat dari beliau. Bagi kebanyakan mahasiswa, dosen yang datang tepat pada waktunya dan mengakhiri kuliah tepat pada waktunya, kadang menjadi dosen yang menyebalkan. Namun itu berbeda dengan beliau, waktu satu setengah jam kadang kala berlalu terlalu cepat ketika kami diajak berpikir, berbagi wawasan, berdiskusi dan mengutarakan setiap hal yang ada dipikiran Kami. Itu merupakan hal yang luar biasa yang Kami dapatkan. Sangatlah sedikit dosen yang memiliki metode mengajar seperti halnya beliau.
Definisi dari kedisiplinan yang beliau sampaikan pun bukan sesuatu yang kaku dan bersifat memaksa, namun beliau lebih mengedepankan metode pendekatan untuk memahamkan bukan sekedar mengajari. Cara beliau mengajarkannya pun sangatlah variatif, mulai adanya dealine waktu untuk pengumpulan tugas, pengelompokan berdasarkan tema tertentu, metode mengajar beliau yang selalu memberikan kesempatn bagi mahasiswanya untuk memberi masukan, bertanya, menanggapi bahkan menyanggah apa yang beliau sampaikan. Luar biasa, amat sedikit dosen yang memiliki disiplin yang tinggi dengan metode penanaman disiplin yang variatif seperti beliau.
Ketidakhadiran beliau adalah ketidakhadiran yang beralasan. Hal itu terutama diakibatkan gangguan kesehatan yang memang sering kali menghambat aktivitas beliau dalam mengajar. Namun bukan berarti ketidakhadiran beliau adalah “kosong”nya mata kuliah beliau. Meskipun tidak hadir namun pasti beliau menyertakan tugas atau waktu pengganti sebagai bentuk tanggung jawab. Sebuah langkah yang perlu ditiru seiring langkanya staf pengajar yang memiliki disiplin yang tinggi seperti beliau. Datang tepat waktu, keluar tepat waktu, kuliahnya berbobot, pun ketika tidak dapat hadir di depan kelas, masih ada tanggung jawab beliau kepada mahasiswa yang mengikuti mata kuliahnya.
Integritas dan Dedikasi yang tinggi
Pada sambutannya, mewakili civitas akademika Universitas Sebelas Maret, Rektor, Prof. Syamsulhadi, mengungkapkan kekaguman pada sosok Bu Dyah Erna. Beliau menyampaikan dengan berbagai keterbatasan yang dimilikinya, Bu Erna adalah sosok yang penuh integritas dan dedikasi yang tinggi, terutama dengan tanggung jawabnya sebagai seorang pengajar. Beliau mendedikasikan dirinya untuk mendidik dengan gelora semangat yang mungkin sulit untuk disamai oleh orang lain. Sejak berbagai cobaan berupa gangguan kesehatan beliau alami, aktivitas mengajar beliau memang sedikit terkurangi. Sekali lagi, sedikit terkurangi, karena meskipun beliau sakit namunberbagai aktivitas masih beliau jalankan dengan baik, baik sebagai seorang dosen, Pembimbing ataupun sebagai bagian dari masyarakat dimana beliau tinggal.
Dedikasi beliau sangat terlihat dari semangat yang terpancar dari aktivitas beliau. Satu hal yang masih penulis ingat adalah ketidaksediaan beliau, mahasiswa yang ada di bawah bimbingannya dilimpahkan kepada dosen pembimbing yang lain. Bahkan penulis mencatat ada sekitar 6 mahasiswa bimbingan beliau yang masih berinteraksi dengan beliau disela-sela gangguan kesehatan yang beliau alami. Salah seorang teman yang berada di bawah bimbingan beliau mengungkapkan kekagumannya atas semangat yang dimiliki oleh beliau sampai akhir beliau menghembuskan nafasnya. Semua menyaksikan bahwa beliau adalah seorang pembimbing yang bersemangat dan bervisi yang sangat sulit ditemukan saat ini.
Namun hari ini, Sabtu 22 Maret 2008, kami harus merelakan kepergian beliau untuk selam-lamanya. Beliau telah kembali kepada Sang Pengasih, Allah Subhanahu Wa ta’ala. Tetes air mata ingin terlalu kecil untuk untuk mengenang berbagai pelajaran berharga yang beliau sampaikan kepada kami. Perasaan duka ini pun sebenarnya tidak cukup untuk mewakili rasa kehilangan yang sangat besar yang kami rasakan dengan kepergian beliau. Dan hari ini pun kami menyaksikan bahwa beliau adalah sosok teladan yang banyak memotivasi, menginspirasi dan memberikan cerminan semangat yang terus bergelora meski kadang keterbatasan merintangi dan menjadi aral penghambat. Beliaulah dosen kami tercinta yang kami sangatlah bangga menjadi mahasiswanya, beliaulah: Prof. Dra. Dyah Bekti Ernawati, Ph.D. Selamat Jalan Bu Becks....
Solo 24 Maret 08, NH, saat isya’ berkumandang, 19.00 WIB
Ditulis oleh :
JUNAIDUL FITRIYONO
Koordinator Angkatan 2003
Jurusan Sastra Inggris

0 comments: